Jumat, 06 Agustus 2010

resmi dihapus

sedetik yg lalu, blog di WP saya resmi dihapus,, dengan ini kepemilikan tunggal atas blog saya ada disini,,,

Tentangku

Just an Ordinary people, originally come from “Kota Geplak” Bantul, kemudian berkelana ke Negeri Batavia untuk melanjutkan pendidikan dan memulai karier, and now, sedang ditugaskan (smoga hanya sebentar) in a government treasury office in Gorontalo, a new province in north celebes..
Sulung dari dua bersaudara yang mencoba belajar menulis lewat blog…

  1. hallo…

    salam kenal :p

    aku dari Bantul juga lho :)

    Comment by diah | 3 September 2008 | Edit

  2. wee mba diah!! lha ikiy kiy de’ Pin je!!

    Comment by missbantul | 7 September 2008 | Edit

  3. huahahahha.. hampir tertipu… :P

    ehm… maap kalo ternyata kota itu gak masuk dalam kota yang ingin kudatangi… aaarrrggghhh… sulit tuk diungkapkan..

    btw… mengenal mba membawaku ke perjalanan hidup yang lebih berliku (wuik!) maksudne banyak pembelajaran deh pokoke…

    *** tertipu ma sapa, bund?! :P kota mana nie yg gak masuk dalam daftar kota yg ingin Bunda datangi? bantul maksudnya? whuaah, padahal aku cinta beratz ma kot aitu loch!! hahaha, pembelajaran atas apa nie? perasaan biasa wae deh…
    ps: perlu penjelasan lebih lanjut, Bund, huehehehe)

    Comment by Bunda Lanang | 8 October 2008 | Edit

  4. Waaah tulisannya menarik, jadi senang membacanya:-)

    salam kenal
    mudah2an bisa nambah ukhuwah.

    keep on writing…….
    ntar kpan2 mampir lagi..

    http://www.towip.wordpress.com

    *** waah, terimakasih sudah berkunjung disini… salam kenal juga mas towip.. silakan kalo maw mampir lagi :)

    Comment by towip | 9 October 2008 | Edit

  5. Saya nyasar kesini …

    Gorontalo ???
    hhmm jauh juga ya …
    Masih ada Tidur Siang ndak disana ???

    Salam kenal

    ** wuaah, maaf Pak, Anda telah tersasar di blog sy…
    Yup, di Gorontalo masih tetep ada kebiasaan tidur siang. terkadang bikin susah juga cz banyak toko yang tutup!! pernah berkunjung ke GTO?
    salam kenal juga dari sy..

    Comment by nh18 | 9 October 2008 | Edit

  6. Hahaha… Ya hampir ketipu sama blog ini, kirain siapa..

    Iya, Bantul. Msh tersimpan rapat dalam hati. Duuuh sakiitt…sakiitt…
    Sementara Djogja sudah berdamai denganku karena hanimun di sana :-P
    (tp blm mau hanimun di Bantul)
    yah biarkan waktu yang mengobati luka (pdhal biasanya pak ndokter) hahaha…

    Comment by Mboknya Lanang | 31 October 2008 | Edit

  7. salam kenal mbak-you…

    Comment by ciwir | 8 November 2008 | Edit

  8. Selamat Berjuang ! Yeahhhhh

    Comment by bolore | 23 December 2008 | Edit

  9. mbak Pin…
    kok belum terdengar kabar gembiranya
    masih sendiri ya?

    it’s me…d’u remember?

    Comment by pembawacerita | 5 January 2009 | Edit

http://missbantul.wordpress.com/2008/09/13/aku-dan-duwa-blog-kuw/

Uuugghh... ternyata tidak mudah merawat dua blog sekaligus..

merawat dalam arti selalu memposting suatu tarian tuts pada blog-blog itu,,

semula blog ini diperuntukkan untuk menulis keseharianku, termasuk resensi buku-buku yang pernah aku baca, dan blog satunya lagi untuk memposting semua yang berbau Bantul..

namun apa daya, ternyata aku lebih suka menulis bebas.. klasifikasi tulisan yang telah aku buat, aku langgar semuanya,, pengkotak-kotakkan itu aku lebur menjadi satu dalam sbuah blog..

Jika anda menemukan blog ini pasif, maka jangan bingung..

langkah yang harus diambil adalah:

Please, do visit my primary blog

Thank You :)

http://missbantul.wordpress.com/2008/09/30/mudik-2-batavi…rta-jogjakarta/ ‎

Location : Batavia Cabin

Picture 066Hasil Check in menunjukkan bahwa saya harus duduk berdampingan dengan dua anggota GenkMot (lagi-lagi) Uda Indra dan Erlan Nyopan. Kostum yang kami kenakan kebetulan kontras banget, hanya menampilkan kombinasi duotone hitam-putih-hitam. Kami bertiga duduk berderet di seat 12 A, B, C,

mas Yanto di 12 D Picture 064

Picture 053sementara Pujo dan keluarga terpisah di seat yang lebih depan.

Jadilah kami genap bertujuh (termasuk si kecil Ael) dengan membentuk dua polarisasi.

Mudik tahun ini boleh dibilang mudik bareng bagi saya, yang ternyata efeknya lebih menyenangkan dibanding mudik sendiri

Picture 084Sekitar pukul 06.30 WITA, pesawat kami diberangkatkan. Tanpa tendensi apa-apa, menumpang Airbus ternyata lebih nyaman di banding dengan Boeing. (apa karena pesawat yang kami tumpangi tidak seuzur maskapai lain yah, jadi masih bersih dan lebih nyaman..) Perbedaan yang paling mencolok adalah jarak antar seat yang saya rasa lebih lebar dibanding Boeing. Kaki yang tidak terlalu panjang ini serasa lebih bisa bernafas lega dalam perjalanan dua setengah jam di dalam cabin pesawat.

Picture 075Servis yang disediakan Maskapai yang kami pilih ini pun boleh dibilang bagus! Di saat Maskapai lain memangkas biaya operasional dengan tidak memberi snack bahkan segelas air pun kepada penumpang yang telah membayar tiket dengan harga mahal, Maskapai ini memberi kami satu dus snack yang isinya lumayan dan para staff cabin menawari pada setiap kami segelas kopi / teh hangat.. hemm,, Tapi berhubung kami berniat untuk menjaga puasa kami pada hari itu (meskipun kami boleh dibilang musafir yang diperkenankan untuk berbuka) kami pun menolak tawarannya. Hanya snack yang kami ambil sekedar menambah oleh-oleh buat Mak di rumah (ya, kan, Uda?!)

Picture 076

Picture 079

Dua setengah jam, bukan waktu yang sebentar. Kami membuang penat dengan tidur, terbangun, ngobrol-ngobrol, tidur lagi, bangun lagi, sampai bosan dan ga tau mau ngapain lagi. but finally, pesawat kami akhirnya landing juga..

Sekitar pukul 08.00 WIB kami tiba di Soekarno Hatta the International Airport of Jakarta

Picture 088Uda dan yang lain masih berbaik hati menunggui saya menjemput teri dari tempat pegambilan bagasi. Untung prosesnya tidak lama. Mungkin karena barangnya kecil, kardus saya keluar di nomor awal..

Dan Teri Asin pun akhirnya bisa ditenteng pulang terlepas dari kontroversi saya dengan Uda :)

Picture 089

Soekarno Hatta adalah menjadi point kami untuk berpisah. Uda melanjutkan penerbangan ke Ranah Bundonya di Padang, Pujo & keluarga ke Semarang, Mas Yanto menyusul anak & istrinya ke Pontianak dengan penerbangan malam dan Erlan, sampai deh di kota tercinta. Sementara saya masih harus menunggu kereta malam untuk melanjutkan perjalanan menuju Kota Gudeg Jogja.

Sampai disini kami berpisah, kecuali dengan Mas Yanto yang masih bersama saya hingga Stasiun Gambir karena beliau ingin menunggu jam penerbangan malam ke Pontianak sembari jalan-jalan ke Pasar Baru..

Location : Gambir Railway Station

Dengan Damri saya menuju ke salah satu stasiun pemberangkatan kereta antar kota di Jakarta. Tugu Monas masih menjulang tinggi, seakan ingin menopang awan berwarna kelabu yang menggelanyut rendah di langit Kota Jakarta pagi itu. Beberapa barang, saya titipkan ke jasa penitipan barang setibanya di stasiun. Tarif sewa boleh dibilang murah, hanya Rp. 1000,-/jam/tas or kardus. Kita diminta menunjukkan KTP untuk dicatat di form penitipan barang dan untuk mengambil, cukup dengan menunjukkan form tersebut kepada penjaga. hemm, selang berkali-kali saya pulang dengan menenteng barang-barang berat, baru kali ini saya menggunakan jasa tsb karena baru kali ini pula saya mendapat rekomendasi ttg jasa penitipan barang itu dari Mas Yanto. Tau gitu dari dulu deh, nitipin....

Setelah urusan titip menitip selesai, saya pun memanggil ojek untuk mengantar saya ke suatu tempat yang berjarak hanya sekian ratus meter dari Gambir. Mas Yanto juga menggunakan jasa yang sama untuk mengantarkannya ke Pasar Baru. Jadilah di pangkalan ojek kami berpisah.

Location : Beberapa titik strategis di Jakarta

Setelah dianter tukang ojek mampir di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat, saya menuju lokasi tugas beberapa orang teman saya. Tujuan saya banyak! Multi purposes oriented lah pokoknya..

27092008653

Sempet mengobrol dengan Mba Devi melepas kangen, sempat numpang mengisi daya pada batu baterai telepon genggam yang bener-bener habis, sempat menagih janji untuk menonton Laskar Pelangi dan sempat menghias punggung telapak tangan dengan goresan hena. Intinya adalah menghabiskan waktu menunggu..

Merasa tidak terlalu nyaman berada di kantor orang dengan baju casual, merasa ada ketidakpastian dalam mendapatkan tiket menonton Laskar Pelangi, dan merasa berpetualang di FX, tempat di mana saya belum pernah menapakkan jejak kaki saya disana, lebih menantang, akhirnya saya pun meninggalkan lokasi singgah menuju FX. Moda transportasi massa saya pilih untuk mengantarkan saya ke FX dengan alasan lebih ekonomis (ngirit mode on). Untung saya masih lumayan familier dengan kota ini dan untung trayek bus belum berubah. Saya pun naik AC 44 melintasi Thamrin Sudirman yang macetnya minta ampun. Di seberang Pintu Satu Senayan saya meminta kondektur untuk menepikan kendaraan. Bus tidak terlalu sesak dan saya duduk di kursi depan sehingga saya dapat dengan mudah melangkah turun, menyeberangi jembatan penyebarang yang panjangnya mirip ular naga, akhirnya saya sampai keseberang jalan. hemm,, semakin mendekati FX..

Bangunan unik laksana mangkok itu pun saya tapaki, murni, untuk yang pertama kali!! Menepis pandangan aneh pak satpam yang tetap bersikap ramah melihat penampilan saya yang jaoh dari kesan jalan-jalan di mall, tas ransel besar dan sebuah tas jinjing plastik, saya menanyakan keberadaan mushola. Sembari menuju arah musholla yang ditunjuk pak satpam saya menyelayang pandang! hemm, a big food court,, berbagai resto ada di sini dan banyak orang bertandang ke masing-masing resto itu. Sungguh ironi di Bulan Ramadhan yang suci ini..

Lokasi yang diperuntukkan sbg Musholla sangat nyaman, dengan karpet yang empuk dan tempat wudhu yang bersih. Selesai sholat saya berpetualang dari GF hingga Lt. 7, ternyata musholla terdapat di tiap lantai.. Saya pun langsung menuju Lt. 7, tempat dimana XXI berada.

26092008648dari semula saya kira, antrian untuk mendapatkan tiket LP begitu berjubel. mangkanya saya pergi lebih dulu untuk memastikan bahwa tiket sudah ada di tangan sebelum menghubungi temen-temen yang lain. Begitu saya sampai di Platinum XXI, suasana lengang menyelimuti tempat yang lumayan cozy itu. bayangan antri bak ular naga panjangnya pun tertepis sudah. persediaan tiket masih buanyak di cineplekz yang memutar film LP di dua studionya. jam tangan saya menunjukkan pukul 14.00 WIB. Jam tayang film terdekat di Std.1 adalah 14.30 dan 15.00 di Std.2. jam tayang berikutnya 17.15 dan 17.45. karena masih shock dan sedikit grogi dengan kondisi yang terjadi di lapangan saya pun sontak memesan 3 seat untuk pemutaran film pukul 14.30 dan langsung menghubungi dua teman saya yang sedianya ingin menonton film itu. sungguh suatu hal yang mustahil. Letak FX lumayan jauh dari kantor masing-masing teman saya ini dan waktu 30 menit tidak mungkin mereka tempuh untuk mencapai FX!! Tapi apa mau dikata untuk jam tayang berikutnya sudah tidak mungkin lagi bagi saya mengingat kereta berangkat dari Gambir pukul 20.45. Yupp, resiko menonton sendiri dengan tiga tiket sudah ada di pelupuk mata. Mba Melien sudah said sorry duluwan karena memang benar-benar tidak mungkin mencapai FX dalam tenggat waktu yang teramat singkat itu, sementara mas Jeepid masih berusaha berjuang dengan mencarter taksi meski hasilnya nihil lantaran macet dan sopir taksinya nyasar... Atas kesemuanya ini saya minta maaf yg sebesar-besarnya...

26092008651Lepas Laskar Pelangi, saya pun langsung meninggalkan FX kembali ke kompleks perkantoran teman saya! Rencana awal untuk Sliding pun gagal karena saya sendirian. Untung Sudirman Thamrin arah bundaran HI tidak macet. Dalam jangka waktu kurang lebih 40 menit, saya sudah sampai di kantor teman. Waktu berbuka puasa sudah hampir mendekati. Saya memilih mengikuti temen saya ini untuk berbuka di kantor. Sesampai lokasi, suasana jauh berbeda dari siang tadi, hanya 3 orang yang masih berada di kantor. kami pun berbuka bersama di kantor yang sudah sepi itu..

hemm, akhirnya waktu untuk menjemput Laptop tiba juga. setelah kemarin sempat masuk service center, laptop, saya titipkan kepada seorang banteng di waktu malam teman baik saya. Hanya ucapan terimakasih yang dapat saya sampaikan atas smua yang telah dia (dan team: mas jeepid, mas dindi, mas yogi n semuanya) perbuat atas laptop saya ini. Acara serah terima pun dilaksanakan setelah di detik terakhir, teman saya ini masih sempat menginstalkan beberapa item termasuk gif gtalk yang selama ini saya tidak pernah berhasil mengaplikasikannya..

19.45 WIB, saya meninggalkan lokasi kantor dengannya menuju Gambir..

Location : Gambir Railway Station

Hokben Restaurant Sts. Gambir padat pengunjung! Bak semut, kami mengantri hanya sekedar untuk memesan menu berbuka. Sedikit memaksa memang, mengingat teman saya ini jarang menyantap nasi pada waktu berbuka. Namun dengan alasan saya masih harus melanjutkan perjalanan sehingga harus ada pasokan nutrisi ke dalam tubuh, dia pun akhirnya mengiyakan (Maaf ya Tan, smoga kamu ikhlas melakukannya termasuk mengantarkanku sampai Gambir ). Hanya dalam sekejap, tiga ekado dan nasi yang tersaji di meja habis tersantap, entah karena lapar, doyan, suasana resto yang tidak nyaman atau jam yg semakin mepets dg waktu keberangkatan kereta, yang jelas kecepatan makan saya kali ini lain dari biasanya (alias ngiwut!!). kami menyelesaikan jamuan makan pada waktu yang masih memungkinkan bagi saya untuk mengambil barang di tempat penitipan yang jaraknya lumayan jauh dari Hokben. Di luar, Adhit dan pasangan, temen seperjalanan saya menuju Jogja ternyata sudah menunggu. Setengah berlari saya mengambil barang titipan dan tiba kembali ke tempat semula, tepat pada saat petugas memberitahukan bahwa kereta kami siap diberangkatkan di peron 4, mendekati pukul 20.45 WIB. Di sini saya berpisah dengan Tantri.. Makasih ya Tan atas semuanya...

Bersama Adhit dan pasangan, kami bergegas ke gerbong 4 seat 13. Tak berapa lama kereta pun perlahan meninggalkan Gambir. setelah meletakkan semua barang pada tempatnya, saya pun meminta pamit kepada Adhit karena saya mengantuk. Ughh, hari yang melelahkan.. Terlalu lelap saya tidur hingga kepala ini terantuk ke kanan dan ke kiri. Hingga sampailah kereta pada tujuan terakhir perjalanan, Stasiun Tugu, 05.30 WIB. Adhit masih membantu membawakan barang saya hingga tempat parkir. Pasangannya sudah turun terlebih dahulu di Sts. Purwokerto sedangkan Adhit masih harus melanjutkan perjalanan menuju Magelang..

Perjalanan menuju Bantul diteruskan dengan membonceng Bapak yang telah menjemput saya di Stasiun Tugu..

Demikian Laporan Mudik 2008 :)

http://missbantul.wordpress.com/2008/09/30/mudik-1-bandar…udin-gorontalo/

Sesuai hari mudik yang telah saya tentukan sendiri, pada hari itu saya bersama beberapa teman lainnya berangkat bersama-sama menuju Bandara Jalaludin Gorontalo. Kami berkonvoi dengan menggunakan tiga mobil taksi plat hitam (karena memang tidak ada taksi "resmi" plat kuning di kota ini) yakni 2 (dua) Vios dan 1 (satu) Taruna..

Selepas subuh kami berkumpul di kantor yang sebelumnya sudah kita tetapkan as the best meeting point. jalanan sudah mulai ramai meski subuh baru terdengar beberapa saat yang lalu..Taksi melaju berarak-arakan laksana sedang mengantar orang yang sedang punya gawe besar.. (Yaiyalah Mudik kan memang salah satu gawe besar di negeri ini..)

05.30 WITA, kami sampai di bandara. Namun, pesawat kami yang sedianya terbang pukul 06.00 WITA ternyata belum hadir. Petugas mengabarkan bahwa pesawat tsb delayed (hemm, pagi-pagi sudah delay!! semoga tidak menjadi kebiasaan bagi semua armada pengangkut transportasi massa!!)

Melewati X-Ray, salah satu teman kami, Ridho, mendapatkan masalah. Kardus yang dia bawa dicurigai mengandung unsur yang dilarang untuk diterbangkan. hanya sebuah botol!! Sewaktu ditanya mengenai barang terlarang itu, temen saya menyebut merk salah satu sirup terkenal yang mudah banget ditemukan dimana-mana. Dan sepertinya, penjelasan temen kami ini tidak membuat si petugas menjadi percaya!! (bagus, Pak!! tingkatkan kewaspadaan!). Akhirnya kardus pun dibuka untuk membuat petugas yakin bahwa pernyataan teman saya tadi benar (emang dia bener koq! wong dia bawa mudik bingkisan lebaran dari koperasi kantor kami..) <<<<>

Lepas dari X-Ray, kami pun menuju meja check in. barang yang saya bawa kebetulan bisa ditenteng semua, satu buah tas ransel, satu tas cangklong dan dua kardus. hemm, pikir saya 'aman ga ada bagasi, ga perlu nungguin bagasi nanti di Jakarta.' Tapi ternyata, mimpi saya berakhir ketika si Uda Picture 043mengendus bau yang keluar dari kardus-kardus di sekitar dia berdiri.. "bau sesuatu!!" katanya. Refleks karena sedari awal saya sadar bahwa salah satu kardus saya ada yg memuat barang beraroma tajam, saya langsung mengacungkan kardus itu ke hidung Uda! Sontak dia langsung bertanya : "Ughh,, Mba bawa apa?" dan dengan santainya saya jawab "ikan asin" Ehh reaksi dia sdikit berlebihan!! "Mba, ikan asin tuh harus masuk bagasi!! kalo dibawa dikabin terus AC-nya bocor gmn? Bisa pingsan satu pesawat Mba!" Mendengar penuturan dia, rada panik juga saya! Malu aja nanti kalau pada akhirnya kardus itu dibagasikan oleh pramugari karena baunya yang menyengat.. (sebetulnya ga begitu bau lho, cz sudah ditaburi kopi). Then, daripada bermasalah, akhirnya saya turuti juga saran si Uda. Uda menyambut niat baik saya. Dia membantu bilang ke petugas check in nya kalau kardus mini itu harus dibagasikan karena isinya ikan asin (duwh ga sampai hati deh, bilangnya!! malu duluwan). Picture 046

Untung petugas check in nya adalah kenalan para Genk Mot, jadi lumayan mudah lah, meski nomor seat sudah terprint.. Lepas dengan masalah teri (oh ya, ikan asin itu bernama teri) kami pun menuju ruang tunggu..

Picture 029

Di Ruang Tunggu kami berpisah dengan Ridho. Tujuan mudik dia adalah yang terbeda dari kami ber-enam. Pesawat kami pun berbeda karena kebetulan maskapai yang kami berenam pilih adalah penerbangan direct ke Jakarta tanpa transit di Kota Anging Mamiri, kota tujuan mudik Ridho. karena delayed, selisih boarding antara pesawat kami pun hanya skian menit dari selisih satu jam yang seharusnya..

Dan akhirnya kami pun di berangkatkan..

Picture 013Picture 039

Picture 044Picture 045

Picture 047Picture 049

Picture 050

Sampai Jumpa di Jakarta...