Cerita dibalik foto: dulu, sekian tahun yang lalu, kami pernah foto bertiga di moment pernikahan Lik Hudi dan Bulik Ita. Ternyata tanpa sengaja, sambil menunggu prosesi akad nikah selesai, kemarin kami mengulanginya lagi...
Ups, maaf, dalam beberapa waktu terakhir saya menghibernasi diri. Mood menulis tiba-tiba hilang karena alasan jetlag dan banjir...
Pertengahan Oktober kemarin saya pulang lagi ke Bantul. Ada suatu perhelatan yang digelar oleh salah satu kerabat. Yah, pernikahan cucu tertua menurut silsilah dari keluarga besar Bapak.
Sepupu saya, putri pertama dari Pakde, menikah tepat di hari ulang tahunnya yang ke 24..
Seneng banget rasanya karena kemarin keluarga bisa ngumpul semua. Acara digelar duwa hari, Sabtu pagi untuk akad, dan Ahad pagi untuk resepsi. Tempat penyelenggaraan duwa-duwanya di rumah. Alhamdulillah smuanya lancar.
Konsep resepsi dirancang simpel tanpa adat. Busana pengantin modern namun dengan tata rias khas pengantin Jogja. Yang menarik adalah dekorasi pelaminannya bener-bener tanpa gebyok. murni, hanya memanfaatkan pintu rumah. Dan, busana para kerabat pria itu lho, Paklikku sengaja memilih surjan lurik, bukan surjan motif lain, jadi ya kliatan klasik banget.
Yang jelas, dari moment kemarin, bisa mempererat tali silaturahim para anggota kerabat..
Hemm, jadi pengen kumpul2 lagi dalam moment yg serupa nie..
Buat Mba Iik dan Mas Danang, selamat menempuh hidup baru, semoga sakinah ma waddah wa rohmah..
Buat Mas Aan, Mas Arif, Mba Uli, Mas Zaman, de Mazdan, de Awang, de Biymoo, dan de Danti, ngumpul-ngumpul lagi yuks...
(hihihi, biar Mr. Falih tambah menghujat, bahwa isi blogkuw adalah curhat )